Perkembangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Tahun
1926
Perkumpulan Vereniging van Indische Artsen berubah
namanya menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI). Menurut Prof.
Bahder Djohan (Sekretaris VIG selama 11 tahun -1928-1938), perubahan nama ini
berdasarkan landasan politik yang menjelma dari timbulnya rasa nasionalisme
(dimana dokter pribumi dianggap sebagai dokter kelas dua), sehingga membuat
kata “indische” menjadi Indonesische” dalam VIG. Dengan demikian, profesi
dokter telah menimbulkan rasa kesatuan atau paling tidak meletakkan sendi-sendi
persatuan. Bahder Djohan mengatakan pula, “tujuan VIG ialah menyuarakan
pendapat dokter, dimana pada masa itu persoalan yang pokok ialah mempersamakan
kedudukan antara dokter pribumi dengan dokter Belanda dari segi kualitasnya”.
Tahun 1940
VIG mengadakan kongres di Solo. Kongres tersebut
menugaskan Prof. Bahder Djohan untuk membina, dan memikirkan istilah baru dalam
dunia kedokteran. Saat itu telah berkumpul 3000 istilah baru dalam dunia
kedokteran. Usaha VIG lainnya adalah peningkatan gaji (upah) dokter ‘melayu’
agar mempunyai derajat yang sama dengan dokter Belanda, yang berhasil mencapai
70% dari jumlah semula (50%). Selain itu, pemberian kesempatan dan pendidikan
bagi dokter ‘Melayu’ menjadi asisten dengan prioritas pertama.
Tahun 1943
Dalam masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan diganti menjadi
Jawa izi Hooko-Kai.
30 Juli 1950
PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) yang
diketuai Dr. Abdoelrasjid dan DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia)
menyelenggarakan rapat.; Atas usul Dr. Seno Sastromidjojo dibentuklah panitia
penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI), yang diketuai Dr.
Bahder Djohan. Panitia ini bertugas menyelenggarakan ‘Muktamar Dokter
Warganegara Indonesia’. Kegiatan ini bertujuan untuk ‘mendirikan suatu perkumpulan
dokter warganegara Indonesia yang baru, dan merupakan wadah representasi dunia
dokter Indonesia, baik dalam maupun keluar negeri’.
22-25 September 1950
Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI)
digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta.
(sekarang telah digusur) Sebanyak 181 dokter WNI (62 diantaranya datang dari
luar Jakarta) menghadiri Muktamar tersebut. Dalam muktamar IDI itu, Dr. Sarwono
Prawirohardjo (sekarang Prof.) terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
24 Oktober 1950
Dr. Soeharto (pantia Dewan Pimpinan Pusat IDI waktu
itu), atas nama sendiri, dan atas nama pengurus lainnya, yakni Dr. Sarwono
Prawirohardjo, Dr. R. Pringgadi, Dr. Puw Eng Liang, Dr. Tan Eng Tie, dan Dr.
Hadrianus Sinaga menghadap notaries R. Kadiman untuk memperoleh dasar hokum
berdirinya perkumpulan dokter dengan nama ‘Ikatan Dokter Indonesia’, yang dalam
Anggaran Dasarnya pada tahun 1952 berkedudukan “sedapat-dapatnya di Ibukota
Negara Indonesia” dan didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan”. Kata
‘Ikatan” yang terdapat dalam nama perkumpulan ini merupakan usul yang
dikemukakan Dr. R. Soeharto. Dalam periode pengurusan IDI ini, Dr. Tan Eng Tie
(bendahara IDI enam kali berturut-turut) ditugaskan membeli gedung IDI
(sekarang) di Jalan Sam Ratulangie, Jakarta dari seorang warga Negara Belanda
seharga Rp 300.000. Sejak itulah, pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (PB
IDI) melayarkan bahtera organisasinya ditempat tersebut.
Tahun
1951
IDI pertama kali
menerbitkan Majalah Kedokteran Indonesia (MKI) yang kemudian ditetapkan sebagai
majalah ilmiah resmi IDI.
Tahun 1953
IDI diterima
menjadi anggota World Medical Association (WMA) yang menghimpun semua
organisasi kedokteran di dunia. Pada tahun ini, Dr.H.R. Soeharto terpilih kedua
kalinya menjabat sebagai Ketua Umum PB IDI IDI memprakarsai berdirinya
Confederation of Medical Associationin Asia and Oceania (CMMAO) dan sejak itu,
IDI aktif menjadi anggota organisasi tersebut.
Tahun
1955-1956
Prof. Dr.
Hendarmin terpilih menjadi Ketua Umum ketiga PB IDI.
Tahun
1956-1958
Prof. Dr. M
Djoewari menjabat sebagai Ketua Umum keempat PB IDI.
Tahun
1958-1960
Dr. H. R Soeharto
untuk ketiga kalinya menjabat sebagai Ketua Umum PB IDI.
Tahun
1960-1970
Dr. H. Amino
Gondhohutomo menduduki jabatan sebagai Ketua Umum PB IDI untuk keempat kalinya,
yakni periode keempat, kelima, keenam dan ketujuh.
Tahun 1969
IDI menyelenggarakan Musyawarah Kerja Sosial Kedokteran
Indonesia. Musyawarah ini berhasil menyusun dan mensahkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia (Kodeki).
Tahun 1970-1972
Prof. Dr. Sadatun Soerjohardjo menjabat sebagai Ketua Umum
kedelapan PB IDI.
Tahun 1972-1974
Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo menjabat sebagai Ketua Umum
kesembilan PB IDI.
Tahun 1974-1976
Untuk kelima kalinya, Dr. H. Amino Gondhohutomo mengisi
jabatan Ketua Umum kesepuluh PB IDI.
Tahun 1976
IDI menyelenggarakan Muktamar IDI di Semarang. Dalam Muktamar
ini terpilih Dr. Utojo Sukaton sebagai Ketua Umum kesebelas PB IDI.
Tahun 1979
Untuk pertama kalinya, IDI menerbitkan Berita Ikatan Dokter
Indonesia (BIDI). BIDI berkembang menjadi media komunikasi resmi IDI.
Tahun
1991
Pertama kalinya IDI menyusun Standar Pelayanan Medis. IDI mengadakan Muktamar keduapuluhsatu di Yogyakarta, Dr. Kartono Mohamad disahkan untuk kedua kalinya sebagai Ketua Umum ketujuhbelas PB IDI. Pada muktamar tahun 1991 ini, hymne IDI buah karya Ibu Tuti Nizar Z.A, secara resmi disahkan.
Tahun
1993
IDI menggelar Rapat Kerja Nasional MKEK dan MP2A. Rapat kerja ini berhasil menyempurnakan pedoman pelaksanaan Kodeki dan tata cara pembelaan anggota. IDI pertama kalinya aktif ikut melaksanakan kampanye HIV/AIDS dengan melatih para dokter sebagai konselor HIV/AIDS.
Tahun
1994
Muktamar keduapuluh dua IDI di Ujungpandang, mencanangkan perlunya dilaksanakan pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit. Muktamar ini juga mensahkan Dr. Azrul Azwar, MPH sebagai Ketua Umum kedelapan belas PB IDI. Muktamar ini juga memilih Dr. Merdias Almatsier sebagai Ketua Terpilih IDI.
Tahun
1995
Bertempat di Bali, IDI melaksanakan kongres ke-47 World Medical Association.
Tahun
1996
Dr. Azrul Azwar, MPH terpilih sebagai Presiden WMA pada World Medical Assembly ke-48 di Cape Town, Afrika Selatan. IDI meluncurkan homepage IDI yang dapat diakses melalui www.idi.or.id
Tahun
1997
IDI mengalami
perkembangan pesat. Tercatat jumlah cabang sebanyak 242, IDI Wilayah sebanyak
24, PDSp sebanyak 24, PDSm sebanyak 23, dan anggota berjumlah 32.220 orang.
Muktamar kedua puluh tiga IDI diadakan di Padang, Sumatera Bara. Forum ini
mensahkan Dr. Merdias Almatsier sebagai Ketua Umum kesembilan belas PB IDI. IDI
pun memilih DR.Dr. Ahmad Djojosugito sebagai Ketua Terpilih IDI.
Tahun
1998
IDI melakukan
persiapan pembentukan Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), yaitu
lembaga baru dilingkungan IDI yang mengkoordinasikan seluruh kolegium ilmu dan
bertanggung jawab dalam pendidikan profesi kedokteran, baik pendidikan dokter
umum maupun pendidikan dokter spesialis.
Tahun 2000
Oktober : IDI
mendirikan Pusat Data dan Layanan Informasi IDI (Pusdalin IDI). Lembaga ini
bertujuan meningkatkan kinerja Kepengurusan IDI, dalam menghadapi perkembangan
zaman. Pusat data ini terbentuk berdasarkan SK PB No. 318/PBA4/10/2000.
Tahun 2001
PB IDI membentuk
tim UU Kesehatan Pejabat Negara. Pembentukan tim ini untuk memenuhi permintaan
DPR RI yang akan menerbitkan RUU Kepresidenan.
Tahun 2002
Januari : PB IDI
mengadakan satu Round Table Discussion (RTD) tentang obat murah. Kegiatan ini
berfungsi meluruskan berbagai isu yang menempatkan dokter sebagai variable yang
sangat menentukan terhadap tingginya harga obat.
Tahun 2008
IDI melaunching Kegiatan Dokter Kecil Award oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, sekaligus workshop Dokter Kecil.
Tahun 2009
Muktamar IDI ke XVII Palembang mensahkan Dr. Prijo
Sidipratomo, Sp.Rad sebagai Ketua Umum ke Sembilan Belas PB IDI.
Tahun 2010
September 2010 : PB IDI mengeluarkan Surat Edaran nomor 1200/PB/A3/09/2010
tentang resertifikasi yang berisi antara lain pendaftaran administrasi P2KB
untuk dokter spesialis maupun dokter umum melalui IDI cabang dan IDI wilayah
Tahun 2011 IDI menyelenggarakan Musyawarah Kerja Nasional di Pekanbaru, Riau.
Tahun 2012
Muktamar ke VIII di Makassar mensahkan Dr. Zaenal Abidin, MH
sebagai Ketua Umum kedua puluh PB IDI. Dan mensahkan Prof. Dr. I Oetama Marsis,
Sp.OG (K) sebagai Ketua Terpilih IDI. PB IDI telah merenovasi gedung utama
maupun gedung belakang yang digunakan untuk operasional dan meningkatkan
pelayanan PB IDI telah melakukan kajian dan menetapkan tarif dokter spesialis
yang digunakan untuk negosiasi dengan BPJS Oktober : IDI menandatangani
deklarasi Gerakan Dokter Selamatkan Indonesia bersama Komnas Pengendalian
Tembakau
Terbentuknya kepengurusan yang baru
PB IDI bekerjasama dengan Singapore Medical Association (SMA) membuat kesepakatan terkait pedoman dan kode etik iklan layanan kesehatan dan kegiatan ilmiah di kedua Negara. Kerjasama dalam penilaian medis dan second opinion terhadap saksi/ tersangka/terdakwa yang perkaranya ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Berdasarkan SK PB IDI nomor 2117/PB/A4/05/2012 tanggal 16 Mei 2012 diberikan Penghargaan Keteladanan Dokter Indonesia kepada Dr. Endang Rahayu Soedyaningsih, MPH, DR. PH Muktamar IDI sudah diadakan sebanyak 28 kali, yaitu :
II : Jakarta (1951)
IV : Surabaya (1953)
VI : Medan (1956)
VIII : Yogyakarta (1960)
X : Surabaya (1966)
XII : Semarang (1970)
XIV : Malang (1974)
XVI : Denpasar (1978)
XVIII : Manado (1982)
XX : Surabaya (1988)
XXII : Ujungpandang (1994)
XXIV : Malang (2000)
XXVI : Semarang (2006)
XXVIII : Makassar (2012)
I : Jakarta (1950)
III : Bandung (1952)
V : Semarang (1954)
VII : Jakarta (1958)
IX : Jakarta (1963)
XI : Bandung (1968)
XIII : Jakarta (1972)
XV : Yogyakarta (1976)
XVII : Solo (1980)
XIX : Bandung (1985)
XXI : Yogyakarta (1991)
XXIII : Padang (1997)
XXV : Balikpapan (2003)
XXVII : Palembang (2009)
IDI CABANG TANGERANG
PERIODE 2015 – 2018
VISI
Hadir dan Profesional untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat
Misi
Menjaga kehormatan, keluhuran, dan harkat serta martabat profesi kedokteran dengan melaksanakan dan memelihara sumpah dokter dan kode etik kedokteran
Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional dokter yang beretika
Meningkatkan kesadaran hukum, dan melaksanakan pembinaan serta pembelaan anggota
Melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
Meningkatkan peran advokasi dalam penentuan kebijakan kesehatan
Memberdayakan masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatannya
Menjalin hubungan kerjasama dengan badan-badan lain, pemerintah atau swasta, didalam atau di luar wilayah IDI Cabang Tangerang yang mempunyai tujuan yang sama atau selaras.
Susunan Personalia Pengurus IDI Cabang Tangerang masa bakti 2022-2025 berdasarkan Hasil Musyawarah Cabang IDI Cabang Tangerang Tanggal 5 Juni 2022 dengan nomor SK 0692/PB/K.4/07/2022
Lihat Struktur OrganisasiHalaman ini berisikan semua berita terkini dari semua kegiatan IDI cabang tangerang
Contrary to popular belief, Lorem Ipsum is not simply random text. It has roots in piece of classical Latin literature from 45 BC, it a old.
Neque porro quisquam est qui dolorem ipsum quia dolor sit amet, consectetur, adipisci velit...
Formulir Perpanjangan STR / SERKOM
Unduh
Formulir Mutasi dari IDI Cabang Tangerang menuju IDI Cabang Lain
Persyaratannya :
- KTP
- Kartu Iuran Cabang ( Jika masih ada )
Formulir PPDS
UnduhSurat Pernyataan Praktek Pribadi
UnduhFormulir Keanggotaan Baru IDI Cabang Tangerang
UnduhFormulir Rekomendasi Izin Praktek untuk Anggota IDI Tangerang dan Non Anggota IDI Tangerang dan Surat Pengantar Rekomendasi untuk Anggota IDI Tangerang ke IDI Cabang Lain
UnduhKomp. TU, Jl. KH Hasyim Ashari, RT.001/RW.007, Buaran Indah, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15142